Rabu, 23 Februari 2011

BTS MIKRO HIDRO PERTAMA di ASIA

Telkomsel kembali membuat kebanggaan bagi Indonesia setelah menghadirkan BTS (base station transceiver) dengan menggunakan tenaga listrik mikro hidro pertama di Indonesia bahkan di Asia. Setelah melakukan riset sejak Desember 2009 akhirnya putra bangsa berhasil menyelesaikan project BTS Mikrohidro.

Kekayaan alam Indonesia sudah sepatutnya dimanfaatkan dan dinikmati oleh rakyat Indonesia. Bumi, air dan udara merupakan sumber daya tiada habis. Untuk kesekian kalinya Telkomsel melakukan inovasi untuk negeri dengan memanfaatkan sumber daya tersebut untuk dinikmati bangsa.

Air yang melimpah dijadikan sarana untuk memutar turbin penghasil listrik bagi masyarakat pedalaman selain untuk dikonsumsi Telkomsel sendiri. Tenaga mikro hidro, inilah inovasi terbaru Telkomsel untuk meyiasati kurangnya pasokan listrik dibeberapa tempat terisolir.

SUOH

Kecamatan yang berpopulasi sebanyak 51 ribu jiwa ini berada diketinggian 180 meter dari permukaan laut dan berada dalam kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Daerah ini merupakan daerah terisolir karena dikelilingi oleh perbukitan. Sebagian besar warganya merupakan transmigran asal Jawa yang sehari-hari bekerja sebagai petani cokelat, kopi dan lada dengan pendapatan tiap bulan berkisar Rp 500 ribu hingga Rp 1,5 juta.

Saat ini jaringan PLN belum masuk kedaerah ini. Jaringan PLN terdekat berada di desa Gunung Doh, Kabupaten Tanggamus yang berjarak sekitar 40 kilometer. Kebutuhan listrik selama ini didapat dari genset berkapasitas 2x10 KW milik tokoh masyarakat dan hanya berfungsi dari pukul 18.30 – 20.30WIB setiap harinya.

Hambatan tersebut menyebabkan Telkomsel berinovasi dengan mengembangkan tenaga mikro hidro untuk menghasilkan tenaga listrik di daerah tersebut. GM NO Telkomsel Regional Sumatera Bagian Selatan, Ivan Cahya Permana, menjelaskan bahwa BTS ini semula mengandalkan listrik dengan menggunakan tenaga diesel dan surya. Akan tetapi, daerah tersebut sulitnya mendapatkan solar sebagai bahan bakar utama diesel dan memiliki intensitas cahaya matahari yang rendah karena dihalangi oleh kabut tebal setiap hari.

Pembangunan BTS mikro hidro Suoh setinggi 72 meter diatas lahan seluas 200 meter persegi dikerjakan oleh PT Gerbang Multindo Nusantara (GMN) dengan band frequency GSM dan DCS menggunakan produk Huawei tipe 3900A-Outdoor. Pembangunan ini dirampungkan pada tanggal 12 Agustus 2006 dengan radius jangkauan 5 kilometer.

PT GMN Nofrizal menyerahkan pekerjaan yang telah dirampungkannya kepada GM NO Telkomsel regional Sumbagsel Ivan Cahya Permana. Total ada tiga buah BTS di Kecamatan Suoh namun hanya satu menggunakan tenaga mikro hidro, lainnya menggunakan Genset berkapasitas 20KVA dan battery CDC 960AH 2Bank yakni BTS Tugu Ratu Suoh berkapasitas TRX 4/4/4 dan BTS Gunung Ratu Suoh dengan kapasitas sama.

Ivan menargetkan di tahun 2011seluruhnya menggunakan tenaga mikro hidro dan akan melakukan pengembangan 3G. Ivan menambahkan bahwa BTS mikro hidro dapat menghemat 30% biaya dibandingkan BTS sel matahari. Selain itu proses pengerjaannya pun relatif cepat yakni hanya membutuhkan waktu enam bulan saja. Keuntungan lain dari BTS mikro hidro ini adalah masyarakat sekitar dapat menikmati pasokan listrik untuk kebutuhan sehari-hari yang secara langsung dapat meningkatkan produktifitas warga selain faktor pendidikan.

Sebanyak 25% persen warga kecamatan Suoh adalah pelanggan Telkomsel dan ditargetkan 50% dari 51.000 jiwa diakhir tahun 2010. Akan tetapi, bagi Telkomsel bukanlah jumlah pelanggan yang terpenting, melainkan Telkomsel merasa bangga dapat memberikan inovasi terbaik dari anak bangsa untuk membuka wilayah terisolasi dan memberikan energi ramah lingkungan yang manfaatnya langsung dapat dinikmati. Dengan demikian Telkomsel ikut membantu menggerakkan perekonomian masyarakat setempat.

Seperti diungkapkan Camat Suoh, Yurzi, warga setempat pun menyampaikan rasa terima kasih kepada Telkomsel. Misri, warga pertama yang membuka lahan di tahun 1965 di Desa Sumber Agung, mengaku sangat terbantu dengan hadirnya Telkomsel di desanya. Misri dahulu merasa kesulitan untuk berkomunikasi dengan sanak keluarga di Purworejo, seolah transmigrasi melenyapkan dirinya dari kehidupan sebelumnya. Kini dengan hadirnya jaringan telekomunikasi, Misri dapat berbicara dengan keluarganya di Jawa. Selain itu, anaknya dapat mengetahui harga pasar dari hasil kebun sehingga mereka tidak dirugikan lagi oleh para tengkulak.

Sumalata Gorontalo

Permasalahan sama pun dirasakan oleh BTS Sumalata Gorontalo. BTS yang berada di desa Bulontio Barat Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo ini kerap mengalami gangguan pengisian battery akibat kabut yang kerap datang. Untuk itu Telkomsel membangun (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro) PLTMH di daerah ini.

GM Network Operation Edison W Tamba menjelaskan Pembangkit listrik berskala kecil ini mampu menghasilkan catu daya sebesar 15KW dan dapat beroperasi di bulan november mendatang. Besarnya pasokan listrik ini dianggap cukup untuk menggantikan pasokan listrik yang sebelumnya menggunakan sel matahari dan backup battery 2x2000Ah.

Kondisi BTS Sumalata saat ini hanya on air dengan system GSM saja berkapasitas 11 TRX (4/4/3) dimana high blocking sering terjadi pada sector 1 dan 2, diharapkan dengan supply daya PLTMH dapat mengatasi masalah tersebut tambahnya.

Sementara itu Spv Network Operation Gorontalo, Ardy Novriyantoro, menjelaskan bahwa diatas lahan seluas 400 meter persegi terdapat bendungan mini, kolam pengendap, kolam penenang dan rumah pembangkit ditambah pondasi pipa sepanjang 30 meter. Pembangunan dimulai sejak Mei 2010 dan dikerjakan oleh mitra Telkomsel namun baru selesai 30% saja karena daerah ini sangat sulit dicapai oleh kendaraan bermotor. Untuk pengiriman material bangunan seperti pasir, batu kali dan semen harus dibawa secara manual sampai ke lokasi.

Debit air dihasilkan sebanyak 300 m3/s namun hanya 60% saja digunakan untuk menggerakkan turbin. Keadaaan ini dinilai aman apabila terjadi musim kemarau panjang dan musin hujan. Perawatan PLTMH ini hanya membersihkan sampah di bak penenang dan pengurasan endapan lumpur di bak pengendap setiap bulan tambah Ardy.
BTS Setinggi 92m dan berada di perbukitan 400mdpl ini memiliki daerah jangkauan 3-5 km jarak udara dinilai strategis untuk kebutuhan masyarakat setempat. Dimana terdapat 21 outlet branch Gorontalo dengan potensi pasar sekitar 8,7 ribu dari 15 ribu jiwa. Saat ini Kecamatan Sumalata sendiri baru tercover oleh 2 BTS Telkomsel dan tanpa pesaing.

Dengan potensi pasar yang ada kemungkinan untuk menambah kapasitas kanal (sistem DCS) peluang untuk mencapai revenue hingga 300-400 juta setiap bulannya sangat besar jika kebutuhan power supply sudah terpenuhi. Dengan kondisi sekarang (GSM only),dimana blocking BTS sangat tinggi, penghasilan Sumalata ini rata-rata mencapai 170 juta setiap bulannya. (FR)